Senin, 16 November 2009

Latar Belakang dibuatnya Pesawat terbang

Untuk Melengkapi tugas KTE
Nama : Muhamad Iman Syahrulloh
PERKEMBANGAN DAN PEMANFAATAN PESAWAT TERBANG TANPA AWAK (PTTA)
DAN KESIAPAN PERSONIL PENDUKUNGNYA

Diambil dan dibuat dari : Fadjar Suryanto, Puslitbang Iptekhan Balitbang Dephan
________________________________________
Umum.
Pada dekade terakhir telah beberapa kali dipamerkan perkembangan dan manfaat Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) yang dibuat oleh pemerintah maupun swasta dengan tingkat kemam-puannya masing-masing, termasuk hasil kerjasama antara swasta dengan Departemen Pertahanan saat itu. PTTA, diciptakan dengan tujuan didapatnya faktor efisiensi, ekonomis dan keamanan, sehingga dengan ketiga faktor tersebut diharapkan dapat di manfaatkan dalam berbagai bidang kebutuhan antara lain kehutanan, pertanian, pemetaan, pengintaian dan bahkan penyerangan dan lain-lain yang banyak membutuhkan biaya dan jiwa manusia.
Israel, China dan negara lain bahkan telah mengembangkan PTTA sebagai salah satu sarana bantu utama dalam pertempuran yang kini telah dioperasikan dan dipasarkan ke seluruh dunia. Melihat situasi demikian tentunya dapat terbayang tentang teknologinya, kemampuan terbang, misi dan beban yang dibawa serta personil pendukung yang profesional dan dapat diandalkan.
PTTA disamping merupakan alat bantu yang dapat diandalkan, namun disisi lain masih sangat tergantung kepada personil pendukungnya, khususnya terhadap PTTA yang menggunakan Remote Control (RC), sehingga personil masih merupakan faktor dominan untuk keberhasilan suatu penerbangan. Suatu penerbangan jarak jauh PTTA yang masih mengunakan RC diperlukan beberapa pilot dan ketrampilan serta kecepatan take-over terhadap jalannya PTTA tersebut dalam mencapai tujuan. Kemampuan jarak pandang pilot berbeda-beda sehingga diperlukan beberapa pilot profesional dalam jumlah yang memadai.
Sedangkan PTTA yang diterbangkan berdasar perintah atau telah menggunakan program terprogram (Autonomous) yang dikontrol melalui Ground Control Station (GCS) yang berada didarat (tanpa kontak langsung dengan PTTA) perkembangannya masih lamban, sehingga dari kedua contoh diatas, keberhasilan suatu penerbangan masih didominasi oleh kesiapan dan profesionalisme personil pendukungnya, oleh karenanya Departemen Pertahanan perlu memprioritaskan pencetakan personil yang handal seirama dengan pendalaman teknologinya bekerjasama dengan swasta dan institusi terkait yang ada dan eksis dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan PTTA kedepan secara mandiri dan berdayaguna tinggi.

Latar Belakang.
Indonesia telah mempunyai beberapa pakar PTTA yang keberadaannya telah banyak berperan dalam perkembangan dan pemanfaatan PTTA di tanah air. Prosentasi keberhasilan pengim-plementasiannya sering muncul dari kalangan swasta dibanding kalangan pemerintah, artinya bahwa perkembangan dunia PTTA telah banyak dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat umum walaupun hanya sebatas olahraga maupun hobi semata dibanding di pemerintahanan. Sparepart sudah banyak beredar dipasar dengan harga cukup terjangkau.
Pemerintah melalui Departemen Pertahanan dan TNI serta instansi pemerintah lainnya juga telah mencoba untuk memanfaatkan PTTA sebagai sarana bantu operasi, namun didalam perjalanannya serta hasil yang didapat kurang maksimal dan kurang bermanfaat, oleh karenanya tujuan daripada pemanfaatan PTTA itu sendiri serta faktor teknis maupun non-teknis dan pendukung lainnya perlu dicermati secara seksama agar diperoleh manfaat secara konkret yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan kedepan.
Di lingkungan Departemen Pertahanan dan TNI kecenderungan pemikiran akan pemanfaatan PTTA selama ini masih berkisar kepada pengamatan, pengintaian dan target drone serta wacana untuk mampu membawa amunisi dalam rangka membantu dalam operasi pertem-puran, namun pengamatan dan pengintaian seperti apa dan dilaksanakan dengan cara bagaimana serta sejauh mana kesiapan operasi dan personil pendukungnya hampir jarang diperhitungkan. Pengamatan dan pengintaian serta target drone adalah suatu kegiatan yang harus terus menerus dilakukan secara periodik didukung dengan kesiapan dan tenaga yang profesional serta siap setiap saat diperlukan.

Sejarah dan Perkembangan PTTA di Departemen Pertahanan, TNI dan institusi terkait lainnya.
Sejarah Perkembangan Pesawat Terbang
1) Manusia Purba : Yunani , India , China
2) Abad 15 Leonardo da Vinci — melukis Helikopter
3) Abad 18 Mongolfier — Balon udara
4) Akhir abad 19 Otto Lilienthal — pesawat tanpa motor
5) Awal abad 20 Wilbur & Orville Wright — pesawat terbang awal
6) Era perang dunia I — pesawat tempur Jerman, Inggris
7)Tahun 1939 Jerman memperkenalkan jet sebagai penggerak pesawat
8) Era perang Dunia II — pesawat tempur
9) Era modern — Perkembangan sangat pesat
10) Pesawat Supersonic — melebihi kecepatan suara
11) Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) : RPV , UAV , UCAV

Departemen Pertahanan.
Dalam tahun anggaran 2000, Balitbang Dephan telah bekerjasama dengan swasta dalam melaksanakan penelitian pemanfaatan teknologi PTTA seri SS-5 yang dikendalikan dengan menggunakan Radio Control (RC) standar aeromodeling untuk mendukung pertahanan negara, tahun 2003 melaksanakan kajian tentang Penerapan Teknologi GPS Tracking Dalam Sistem Autonomous/Terbang Terprogram Untuk Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) Dalam Rangka Mendukung Pertahanan Negara, Tahun 2003 Ditjen Ranahan Dephan melakukan kesepakatan kerjasama dengan swasta tentang Program Produksi dan Pengem-bangan Pesawat Terbang Tanpa Awak dan Target Drone serta Kontrak jual beli tentang Pengadaan Unit Uji Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) SS-5 dalam rangka untuk memanfaatkan teknologi PTTA sebagai salah satu upaya alternatif memperkuat jajaran sistem pertahanan Indonesia. Tahun 2004 melakukan pendidikan dan pelatihan teknisi dan pilot selama 3 (tiga) bulan di Lapangan terbang Sulaiman Bandung.

Tentara Nasional Indonesia (Perhatian dan minat).
1) Asrenum Mabes TNI: MR40, Medium Range
2) Paskhas AU : Target Drone bersayap delta dan CAPS
3) Dislitbangad : Target drone jenis CAPS
4) TNI-AL
Marinir: Hellicam, Backpack dan CR10
Lantamal Armatim : Airship Surveillance
5) BAIS TNI : Rehabilitasi FoxAT
Institusi Terkait Lainnya.
BPPT. BPPT telah mengembangkan PTTA dengan nama RUTAV (Rajawali Unmanned Tactical Aerial Vehicle) dan PUNA (Pesawat Terbang Nir Awak), namun saat tulisan ini dibuat belum didapat informasi sudah sejauh mana perkembangan terakhir akan kedua pesawat tersebut.

PT. WESCO/UAVINDO.
Dengan SS-5-nya telah berhasil menerbangkan hampir sejauh 12 km menggunakan autonomous yang disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan pejabat tinggi militer lainnya di Sentul Jawa Barat, yang terakhir oleh PT. UAVINDO dikembangkan jenis CR-10 mampu untuk pemantauan dan pengintaian dan terbang dengan modus UAV maupun RPV, maksimal terbang sejauh 120 km, lama waktu 4-5 jam dengan beban 5 kg.
Jalur terbang dapat ditentukan pada saat awal penerbangan dengan memasukkan angka-angka koordinat daerah yang akan dituju, titik-titik ini akan membentuk flight waypoint dan operator akan dapat memantau melalui monitor yang terpasang pada Ground Control System (GCS).

Kondisi Saat Ini.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata dan berbatasan langsung dengan tiga negara yaitu Papua Nuginea, Timor Leste dan Malaysia memerlukan pengamatan wilayah secara terus menerus khususnya pada daerah-daerah rawan seperti Selat Malaka, Kalimantan, Irian dan NTT. Mengingat luasnya daerah yang dipantau dan diamati dikaitkan dengan fasilitas dan dana yang ada, maka hasil yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Pada sisi lain keberadaan pakar tentang PTTA dalam negeri masih berjalan sendiri-sendiri sesuai inovasi dan cara pandang mereka, pemerintah belum mengoptimalkan secara terstruktur, apa yang harus mereka prioritaskan demi bangsa dan negara ini.
Wacana akan pemanfaatan PTTA masih berkisar pada pengamatan dan pengintaian yang cenderung mengarah kepada wilayah yang minim penduduk semata belum mengarah kepada wilayah yang padat penduduk yang ragam pemanfaatan dan tingkat kerawanannya lebih dinamis bahkan sering menjadi incaran teroris.

Kondisi Yang Diharapkan.
Terciptanya kondisi keamanan yang kondusif dan komprehensif serta reaktif. Kondisi keamanan seperti itu rasanya masih jauh bisa dicapai bilamana dikaitkan dengan jumlah dan kemampuan fasilitas yang dipunyai saat ini, sehingga melalui tulisan ini pemantauan dan pengamatan bahkan mungkin pengintaian menggunakan PTTA disamping sebagai sarana pemantau target/obyek juga merupakan upaya dalam rangka penekanan psikologis terhadap pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan daerah rawan sebagai jalur transportasinya. Hal ini perlu segera dilakukan mengingat bahwa persyaratan maupun resiko yang ditimbulkan dari pemanfaatan PTTA relatif kecil, sedangkan tingkat maupun frekuensi pelanggaran semakin tinggi, disisi lain gambaran kesiapan sarana pendukung lainnya yang memadai belum bisa diperkirakan kapan dapat terwujud, maka seyogyanya alternatif pemanfaatan PTTA yang mempunyai tingkat keamanan dan pengamanan tinggi (misalnya menggunakan parasut dalam situasi darurat) serta penyiapan personil profesional dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan prioritas lebih lanjut.

Peluang dan Kendala
Peluang.
Dalam pemantauan ketiga wilayah perbatasan seperti Irian, Kalimantan dan NTT diperlukan kerjasama dengan institusi terkait seperti Departemen Kehutanan, Pertanian, satuan teritorial wilayah setempat dan kemungkinan peluangnya terhadap institusi terkait lainnya (lihat tabel Prediksi).
Dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan nasional, kerjasama tersebut perlu dilakukan dalam upaya mendukung kepentingan berbagai pihak dan penghematan biaya sekaligus hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan keputusan bersama dan atau sesuai tingkat kepen-tingannya masing-masing. Manfaat dari hasil kerjasama tersebut dapat berdampak langsung maupun tidak langsung bagi Departemen Pertahanan dan TNI antara lain :

Dampak Langsung.
- Mempunyai data foto udara resolusi tinggi secara rutin dan terjadwalkan.
- Melatih personil Dephan/TNI setempat.
- Kemampuan dan kualitas PTTA
- Dapat merupakan masukan bagi pengembangan PTTA kearah yang lebih cocok dan baik.
- Didapatnya informasi akurat yang terkait dengan permasalahan dan medan daerah perbatasan.
- Diperoleh gambaran kecenderung-an gejolak perubahan manusia dan lingkungan secara berkesinambung-an.
- Merupakan tolok ukur keberhasilan hasil penelitian dan pengembangan PTTA.

Dampak Tidak Langsung
- Memotivasi pemanfaatan PTTA pada bidang lain.
- Memasyarakatkan pemanfaatan PTTA
- Penekanan psikologis bagi pihak-pihak tertentu.
- Merupakan bagian dari kegiatan patroli
- Didapatnya informasi lain yang terkait dengan pertahanan dan keamanan.
- Penghimpunan database terhadap berbagai informasi penting lainnya.
- Kemungkinan munculnya investor
- Merupakan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah guna melaksanakan program pembangunan kedepan.

Kendala.
Salah satu tolok ukur keberhasilan hasil suatu penelitian dan pengembangan kajian terapan adalah dengan melaksanakan uji fisik dan fungsi secara terus menerus sesuai spesifikasinya, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan baik secara teori maupun praktek. Pelaksanaan uji membutuhkan waktu, tenaga dan biaya serta kesempatan, sehingga sangat penting artinya penentuan skala prioritas dalam merealisasikan tujuan yang diharapkan. Teknologi sangat bermanfaat bila dapat dipahami, dimanfaatkan dan dirasakan langsung oleh pemakai, sebaliknya secanggih apapun teknologi tersebut akan kurang bermanfaat bila tidak didukung oleh personil yang memadai. Dengan demikian peranan personil sangat menentukan jenis teknologi apa dan kapan dapat dimanfaatkan. Untuk itu perlu dipersiapkan terlebih dahulu penguasaan dan pemahaman terhadap personil pendukung tentang teknologi yang akan dipakai. Pada dasarnya pemeliharaan terasa lebih berat daripada pengadaan.

Kesimpulan dan Saran.
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan pemanfaatan PTTA di tanah air, kemanfaatan akan hasil kajian ini perlu diuji coba fungsi dan fisik terus menerus dengan institusi dan pihak terkait lainnya supaya didapat gambaran secara menyeluruh guna pertimbangan dan penyempurnaan berikutnya agar layak diaplikasikan, handal dan berdayaguna tinggi, sehingga dapat merupakan bagian penting dan diperhitungkan dalam jajaran sistem persenjataan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai.

Kesimpulan.
Kekuatan dan kedaulatan suatu negara didukung oleh salah satunya dengan teknologi persenjataan yang berdayaguna tinggi dan siap dioperasikan setiap saat, kapan saja dan dimana saja dengan personil pendukung yang siap dan profesional.
Sebelum teknologi persenjataan itu sendiri diadakan seyogyanya terlebih dahulu dipersiapkan personil/awaknya, sehingga arah dan pemanfaatannya sesuai dengan tujuannya. PTTA sebagai salah satu upaya alternatif sangat berpeluang untuk memperkuat jajaran sistem pertahanan Indoneasia.

Saran.
Untuk mewujudkan pemanfaatan PTTA secara benar dan terandalkan diperlukan beberapa pertimbangan pemikiran antara lain :
1) Program dan kebutuhan
2) Peraturan pemerintah
3) Koordinasi dan kerjasama dengan institusi terkait lainnya
4) Diperlukan sumberdaya manusia profesional yang memahami tentang teknologi segmen angkasa dan segmen daratnya.
5) Perlunya pendidikan dan pelatihan serta jam terbang yang memadai.
6) Perlu pendidikan tentang teknologi jammer.
7) Perlu pendidikan tentang teknologi radar.
8) Tersedianya sarana PTTA dan peralatan lainnya setingkat laboratorium.
9) Dukungan waktu dan dana

Pustaka :
Slide paparan Kapuslitbang Iptekhan Balitbang Dephan Th. 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar